-->

Masjid Cheng Hoo "Laksamana Muhammad Cheng Hoo" Purbalingga

Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo - yang berlokasi di Jalan Kol Sugiri, Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah alamat GPS: -7.31775, 109.36236. merupakan sebuah masjid yang menyerupai klenteng has warga tionghoa.

Masjid Cheng Hoo Purbalingga merupakan salah satu tempat wisata religi di Purbalingga yang wajib Anda kunjungi kalau Anda seorang Muslim.

Bentuk bangunannya unik, langka, dan lebih menyerupai klenteng dibandingkan masjid, dengan dominasi warna merah.

Masjid Muhammad Cheng Hoo adalah simbol keindahan dari toleransi serta akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini tidak terlalu jauh dari Pusat Kota Purbalingga, sekitar 12 km saja ke arah utara, melalui jalan utama Purbalingga-Bobotsari.

suasana malam Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo Purbalingga

Tempat Wisata Sekitar Masjid Cheng Hoo:


Alamat Masjid Cheng Hoo Purbalingga :

Jika alamat diawal tulisan ini masih kurang jelas mungkin penjelasan dibawah ini akan lebih memperjelas untuk menuju masjid Cheng Hoo Purbalingga.

Kalau dari arah Purbalingga, letak Masjid Cheng Hoo Purbalingga ada di sebelah kiri jalan. Kalau sampai ke simpang Serayu yang mau ke Kampung Kurcaci Purbalingga Desa Serang, kita masih lurus lagi ke depan. Tidak jauh dari Simpang Serayu ini, akan kita temukan Masjid Unik dan Cantik yang menjadi salah satu tempat wisata religi di Purbalingga.



Sejarah Masjid Cheng Hoo Purbalingga

Keberadaan Masjid Muhammad Cheng Hoo Purbalingga terbilang masih baru, belum lama. Masjid ini baru diresmikan pada tahun 2011 lalu, tepatnya pada tanggal 5 Juli 2011 yang bertepatan dengan tanggal 3 Sya'ban 1432 H.

Masjid PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga diresmikan oleh H. A. Zaky Arslan Junaid selaku Ketua Umum Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) JASA.

Pembangunan Masjid PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga sendiri sebenarnya sudah mulai digagas di tahun 2004 oleh seorang muallaf keturunan Tiongkok, Thio Hawa Kong atau Heri Susatyo, bersama warga sekitar.

Lalu, di tahun 2005, masjid ini mulai dibangun. Tahun 2006, pembangunan masjid terhenti selama 4 tahun. Tahun 2010, pembangunan pun dilanjutkan kembali, dan akhirnya diresmikan di tahun 2011.

Masjid Jami' Persatuan Islam Tiongoa Indonesia (PITI) Muhammad Cheng Hoo. Bangunan masjid itu dilengkapi atap empat tingkat serta sejumlah lampion berwarna merah di depannya. Sehingga, bentuknya menyerupai sebuah klenteng.   Bangunan yang berdiri sejak 2011 itu, dibangun oleh Herry Susetyo, yang juga merupakan Ketua DPD PITI Purbalingga.    "Pembangunannya sebenarnya dimulai 2005 tapi baru selesai 2011, karena keterbatasan dana," kata Herry saat dijumpai Tim Duik Gesit 2017.

Dia menjelaskan, bentuk Masjid Cheng Hoo Purbalingga mengadopsi bentuk Masjid Cheng Hoo Surabaya. Namun, ada sejumlah modifikasi di dalamnya.   Bila di Surabaya, Masjid Cheng Hoo berbentuk segi empat, di Purbalingga berbentuk hexagonal atau segi delapan.

Tak hanya bentuk, ornamen yang ada di dalamnya pun berbentuk segi delapan. Salah di antaranya adalah lafadz Allah SWT yang berada tepat di tengah-tengah langit masjid.   Menurut Herry, bentuk itu sengaja dipilih untuk mengadopsi cerita Nabi Muhammad SAW saat berhijrah dari Makkah ke Madinah.   Saat itu, Nabi yang sedang bersama Abu Bakar bersembunyi di gua Jabal Tsur saat dikejar kaum kafir, Quraisy, yang ingin membunuhnya. Allah SWT kemudian memerintahkan seekor laba-laba untuk menyelamatkan Nabi. Laba-laba itu lantas membuat sarang di mulut gua. Ketika kelompok Quraisy menerawang gua tersebut, mereka tak dapat menemukan Nabi dan Abu Bakar.  Sarang laba-laba di mulut gua menjadi tanda bahwa Nabi dan Abu Bakar tidak bersembunyi di dalamnya.   Selain lafadz Allah SWT, jendela yang melekat di dinding juga berbentuk hexagonal.

sejarah dan perjalanan spiritual Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo Purbalingga


Perjalanan Spritual   

Salah alasan pembangunan Masjid Cheng Hoo Purbalingga, yaitu untuk menampung etnis muslim tionghoa yang ada di wilayah tersebut.

Ada sekitar 145 etnis muslim tionghoa yang tinggal di wilayah Kabupaten Purbalingga. Namun, dari jumlah tersebut yang benar-benar aktif di masjid hanya sekitar 20 orang setiap harinya.   Alasan lain yaitu karena perjalanan spiritual yang dilalui Herry. Sebelum masuk islam pada 2002, Herry mengaku, memiliki pengalaman kelam di dalam hidupnya. Ia lantas mendapat ketenangan setelah memeluk agama islam.   Tiga tahun belajar ilmu agama membuat Herry ingin meningkatkan nilai-nilai spiritualnya. Salah langkah yang diambil yaitu dengan membangun masjid.    "Nah dipilihnya nama Cheng Hoo itu karena dia itu legenda. Selain jual beli palawija, dia juga menyebarkan ilmu agama islam," kata dia.

Lokasi yang dipilih Herry untuk membangun masjid pun tidak sembarangan. Desa Selaganggeng awalnya merupakan kawasan tanah balong atau tanah basah yang cukup angker.   
Untuk mengubah stigma tersebut, Herry kemudian membeli tanah dan mendirikan masjid. Ia mengatakan, sebelum mulai membangun, dirinya sempat mengumpulkan warga sekitar. Hal itu dilakukan untuk meminta pendapat dari mereka tentang rencana arsitektur masjid. "Alhamdulilah tidak ada penolakan. Yang ada hanya mereka protes, kok lama banget enggak jadi-jadi," ujarnya.   Untuk menghindari adanya perselisihan antara etnis tionghoa dengan etnis pribumi, Herry mengaku, sengaja memilih warna merah putih untuk cat tembok.

Demikian informasi dari Caridestinasiwisata tentang Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo Purbalingga semoga bermanfaat dan Selamat Berwisata. Jadilah wisatawan yang baik dan bijak selalu menjaga kebersihan dan buang sampah pada tempatnya. Terimakasih.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Masjid Cheng Hoo "Laksamana Muhammad Cheng Hoo" Purbalingga"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel